Corner Condition: Elektronik, Jazz, Dan Punk.

Corner Condition adalah sebuah duo asal Los Angeles, California, Amerika Serikat yang terdiri dari Evan Ho (vokal, gitar) dan Haley Castro (vokal).

Corner Condition

Berani, keren, unik, dan karismatik adalah empat kata yang sangat tepat untuk disematkan kepada Corner Condition. Menurut saya, hal ini dapat mengukuhkan mereka sebagai salah satu duo terpenting dalam kancah musik Elektronik.

Corner Condition seperti mendefinisikan sebuah generasi musik baru. Bagi saya, mereka itu lebih dari sekedar duo dengan gitar Gretsch semi-hollow dan Ableton. Saya merasakan Corner Condition telah sukses dalam merangkul dan mendefinisikan berbagai jenis sound. Silahkan dengarkan semua tembang yang telah Corner Condition rilis, tautannya sudah saya sediakan tepat di bawah kalimat ini.

Menurut saya, Corner Condition telah menghasilkan tembang-tembang yang memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing. Dan masing-masing dari tembang-tembang tersebut memiliki sentuhan keren yang berbeda.

Corner Condition sukses dalam menunjukan konsistensi bermusik mereka yang khas dan cenderung berbeda dengan pergerakan kancah lantai dansa dunia. Untuk menguraikan karakteristik Corner Condition sebagai duo secara singkat, saya rasa edgy sound dengan semangat Punk dan permainan gitar yang kental akan musik Jazz adalah sebuah kalimat yang tepat dan tentu saja menjadi karakter kuat Corner Condition dalam setiap tembangnya. Khususnya dalam sebuah tembang bertajuk “vital” ini.

Corner Condition – vital

Corner Condition terasa melakukan banyak hal baru dengan ruang bereksperimen yang begitu luas. Corner Condition seperti menghancurkan batasan konservatif dalam menyajikan sebuah tembang. Dan bagi saya, ini adalah sesuatu yang luar biasa keren dari kombinasi antara Haley Castro dan Evan Ho.

Entah kenapa kalimat Dance-Punk terlintas di dalam kepala saya ketika saya mewawancarai Corner Condition seraya mendengarkan setiap tembang yang telah mereka rilis. Dalam arti, Dance-Punk yang saya maksud disini adalah Corner Condition telah menemukan warna mereka sendiri yang nantinya akan terus berkembang menjadi sound khas beserta set berkarakter mereka. Ditambah, menurut saya pribadi, Corner Condition itu memiliki sebuah kritik penuh semangat terhadap kondisi pascamodern, yaitu hegemoni ekstraksionisme neoliberal kapitalis akhir.

Saya pribadi akan selalu mengingat mereka sebagai duo yang telah sukses dalam memadukan musik Elektronik dan Jazz dengan semangat Punk yang bergelora. Dalam arti, ini adalah hal yang sangat keren yang harus selalu saya ingat.

Oleh karena itu, silahkan simak selengkapnya perbincangan antara saya dan Haley Castro berikut ini.

Fikri Dio Aisy: Hai Corner Condition! Semoga semuanya baik-baik saja. Pertama-tama, siapa nama setiap orang dan apa posisi mereka di dalam band? Tolong perkenalkan diri kalian, dan beri tahu kepada pembaca saya, dari mana kalian berasal?

Haley Castro: Hi Fikri! We’re Evan Ho and Haley Castro from Los Angeles, California – for now. We’re a duo so we share a lot of the responsibility and authorship of our music and art equally. I (Haley) don’t play guitar in this band though. Evan plays guitar. Both of us sing, produce, and write all of our tracks together.

Fikri Dio Aisy: Tolong beri saya latar belakang tentang bagaimana Corner Condition dimulai?

Haley Castro: We started seeing each other – like dating – and both being musicians, decided to collaborate seriously. We share strong beliefs about politics and philosophy, which inspires all of the music that we make.

Fikri Dio Aisy: Apa saja kenangan anda yang paling berkesan ketika Corner Condition pertama kali dimulai?

Haley Castro: In the very beginning, we only had one song written but were offered a show with one week’s notice. We scrambled to write an entire set in that very short period of time. It was a challenge for sure, but we did it. That show was at this shitty bar – Boomer’s Cocktails in Long Beach. We got kicked out for undisclosed reasons. We hate you Boomer’s.

Fikri Dio Aisy: Perlengkapan apa sajakah yang kalian semua pakai?

Haley Castro: Often times we experiment and switch it up for performances, but our most solid setup has been the SP-404, a Gretsch semi-hollow, a thrift store megaphone, and a 4 track mixer. For recording, that’s all done in our house. Some of our favorites are the SHURE SM81 and the Neve 1073DPA, of course. And Ableton. Ableton forever.

Fikri Dio Aisy: Menulis, merekam, tampil, manakah yang anda sukai?

Haley Castro: Performing! Playing with other cool bands and interacting with the audience is so exciting; our performance is something right in between a punk set and something you’d see at a rave.

Fikri Dio Aisy: Apa visi artistik untuk diri anda sendiri?

Haley Castro: We’re multimedia artists; music is only one aspect of our practice. The theoretical backbone of our actions is fundamentally anti capitalist. We are queer proles; our work is an expression of that identity. Our goal is to render the absurdities of capitalism as ridiculous as they are.

Fikri Dio Aisy: Apakah anda memiliki semacam cetak biru tentang bagaimana anda ingin band ini terdengar?

Haley Castro: At this point we’ve developed preferences and tendencies that shape our music. All of our tracks are danceable and very high BPM. We have strong lyrical content, we don’t want to just get up on stage and say stupid shit. It’s rave music with screaming and jazz solos! A one stop shop, really.

Fikri Dio Aisy: Apa lagi yang ingin anda jelajahi dalam musik anda?

Haley Castro: We definitely want to play more raves and less shows. Also more odd time music, it’s interesting to make dance music that’s not in 4/4. The melodies are about to get crazier too. Something we want to explore more is performing in our car. We both drive convertibles and sometimes we’ll set up and throw a mini rave in the Denny’s parking lot. We’d love to expand this performance to other restaurant parking lots. Or maybe a gallery or rave.

Fikri Dio Aisy: Menurut anda, seberapa penting berbagi dan meneruskan keterampilan atau pengetahuan dalam komunitas musik?

Haley Castro: We try to collaborate with as many people as we can. That’s the best way to pass on knowledge, we’d say. We help each other out too; booking shows, lending gear, cigarettes, beer, etc.

Fikri Dio Aisy: Apa yang dapat anda katakan tentang peluang bagi kawula muda untuk terjun ke dunia musik?

Haley Castro: It seems like there are a lot of people getting into DJing. There’s much more entry-level access to performing, much more than a band with instruments. At least in Los Angeles that’s true. Electronic music in general seems to have more opportunities these days.

Fikri Dio Aisy: Bagaimana perasaan anda tentang musik Populer saat ini secara keseluruhan?

Haley Castro: There are a lot of cooler bands now that are considered pop than there used to be. SOPHIE, Death Grips, CharliXCX, they’re making pretty cool shit, but it’s still popular music. Things are looking up. People are loving 2000s pop music again too. Like, we love Britney Spears. Good stuff.

SOPHIE
Death Grips
Charli XCX
Britney Spears

Fikri Dio Aisy: Apakah ada band yang secara khusus anda kagumi, yang menurut anda telah memengaruhi Corner Condition?

Haley Castro: We just mentioned Britney, but others would include Gladde Paling and Lage Lund. That’s about it.

Gladde Paling
Lage Lund

Fikri Dio Aisy: Saat ini band-band apakah yang membuat api semangat terus menyala? Rilisan baru apa yang membuat anda sangat bersemangat?

Haley Castro: We recently played a couple shows up in Portland and the bands we played with were super solid. Everyone was great; Greystar, Amulet, Godboat, DJ Shortstop, Vulkauf, Emme, Thinking Spell.

Fikri Dio Aisy: Siapakah yang selama ini menjadi panutan atau pendukung terbesar anda, di dalam kehidupan anda sebagai seorang musisi dan sebagai pribadi?

Haley Castro: Moms and strong, strong women. Great work out there everybody.

Fikri Dio Aisy: Menurut anda, apakah musik dapat mengubah dunia?

Haley Castro: People have meaningful relationships to music; on a local level that’s possible. Globally, music alone has limited capacity to impart change. This is because the systems of power are so deeply entrenched in our culture.

Corner Condition

Elektronik, Jazz secara komposisi musik, dan Punk secara spirit. Inilah sebuah kunci yang membuat saya jatuh cinta kepada Corner Condition.

Menurut saya, dari segi estetika, proses kreatif baik itu ketika sedang mencipta dan merekam tembang, penampilan mereka di atas panggung, hingga sikap beserta pandangan politik yang mereka miliki itu benar-benar keren. Saya pribadi, menghormatinya, dan tentu saja mencintai karya-karya mereka, baik itu dalam bentuk musik, maupun bentuk kesenian lainnya.

Akhir kata, doa terbaik akan selalu saya haturkan untuk Haley dan Evan. Sukses, bahagia, dan sehat salalu. Semoga cepat atau lambat kalian dapat melakukan tur di Indonesia. Amin.

Haley Castro & Evan Ho

Corner Condition (Instagram dan Website):

Haley Castro (Instagram):

Evan Ho (Instagram):

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai